*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Freaks 2020 yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Judul film yang mau DzikiMF bahas kali ini memang agak menyesatkan, sih. Soalnya, judulnya sama kayak film superhero yang rilis pada 2018 garapan Adam Stein, Zach Lipovsky. Sama-sama mengisahkan orang-orang berkekuatan khusus yang berusaha hidup normal dengan menyembunyikan kekuatan mereka.
Namun, Freaks: You’re One of Us garapan Felix Binder ini enggak sesuram Freaks (2018), kok. Lihat aja dulu trailer-nya di sini.
Nah, Freaks: You’re One of Us ini sudah tayang di Netflix pada 2 September 2020. Kalau kalian belum nonton, bisa langsung nonton sekarang. Bisa juga baca ulasan DzikiMF dulu sebelum nonton. Yuk, simak di bawah ini.
Pembuka yang Menjanjikan
Film Freaks: You’re One of Us dibuka dengan adegan anak perempuan menangis sendirian, ketakutan di dalam sekolah yang sudah dikosongkan. Di luar, polisi berkumpul dan kelihatannya kayak ada serangan teroris di sana. Namun, enggak ada teroris sama sekali. Wendy, anak perempuan yang ketakutan itulah yang menyebabkan peristiwa tersebut.
Latar belakang ini enggak berlangsung lama karena adegan selanjutnya menunjukkan Wendy (Cornelia Gröschel) yang sudah dewasa, menikah, dan memiliki seorang anak laki-laki. Dari sini, kalian tahu kisah selanjutnya adalah tentang Wendy dan apa yang terjadi kepadanya saat masih kecil dulu. Yap, Wendy memiliki kekuatan super yang memungkinkan dia jadi kuat banget sampai-sampai bisa menjebol dinding.
Namun, ini bukan film Marvel atau DC Comics ketika para pahlawan supernya justru paham banget soal kekuatan mereka. Dalam Freaks: You’re One of Us, Wendy enggak tahu sama sekali soal kekuatannya.
Dia malah diharuskan menjalani terapi psikologis dan terus meminum pil yang katanya baik buat dia, padahal fungsinya buat meredam kekuatannya. Semuanya dilakukan demi membuat Wendy bisa menjalani hidup normal karena kekuatannya bikin dia dianggap “aneh”.
Pembuka ini menarik, apalagi pil yang diminumnya semacam antidepresan gitu yang bikin emosinya juga teredam. Akibatnya, Wendy jadi merasa rendah, enggak percaya diri, bahkan lemah (meski dia punya kekuatan besar).
Makanya, dia jadi bisa menjalani hidup dengan “normal” dan cenderung membosankan. Ketika emosinya meledak, barulah Wendy akhirnya bisa menemukan dirinya yang sebenarnya, yang bisa merasakan emosi sepenuhnya. Emosi inilah sumber kekuatannya.
Nah, Freaks: You’re One of Us ini menunjukkan batas yang bias antara pahlawan super dan penjahat berkekuatan super. Manusia pemilik kekuatan super bisa aja jadi penjahat dengan memanfaatkan kekuatannya buat hal yang salah.
Karakter Kurang Tergali
Sayangnya, pembuka yang asyik ini enggak diikuti sama perkembangan karakter yang menyatu sama cerita. Wendy, misalnya, dari saat dia mengetahui soal kekuatannya sampai menyadari bahwa kekuatannya bisa membawa bencana, karakternya lempeng aja.
Perubahan Elmar (Tim Oliver Schultz) pun enggak meyakinkan dan enggak berhasil membangun momentum. Soalnya, film superhero sekarang ini, ‘kan, udah enggak menganaktirikan penjahat atau villain, ya, sehingga villain jadi karakter yang manusiawi juga.
Elmar pun termasuk villain yang manusiawi. Dia tadinya cuma anak orang kaya yang mau membuktikan dirinya mampu tanpa bantuan ayahnya yang kaya raya. Akan tetapi, pada akhirnya dia cuma anak manja yang enggak bisa memandang realitas dan hidup dalam dunianya sendiri.
Nah, perubahan karakter Elmar ini penting buat bikin kalian simpati, seharusnya. Namun, momentumnya enggak pas dan langkah Elmar yang tiba-tiba mengkhianati Wendy dan Marek (Wotan Wilke Möhring) pun jadi terlihat dipaksakan. Alasannya enggak tersampaikan dan enggak terbangun dengan baik.
Sebaliknya, karakter Marek justru enggak mendapatkan porsi yang sesuai, padahal dia adalah orang yang membuka jalan buat Wendy mengetahui kekuatannya. Marek juga merupakan karakter penting yang bikin Wendy mau meneruskan perjuangannya. Akan tetapi, nilai kepentingannya sedikit banget diperlihatkan dalam film Freaks: You’re One of Us.
Di sisi lain, DzikiMF suka banget penggunaan musik 1980-an dalam soundtrack-nya yang bikin film ini cukup segar dengan nuansa retro yang beda dari film-film superhero lainnya. Penggunaan musik ini juga menunjukkan bahwa Wendy enggak bisa lepas dari masa lalunya, seberapapun kerasnya dia berusaha melupakannya. Isu pelecehan terhadap perempuan, perundungan, hingga power abuse juga terangkat dengan baik dan cukup penting buat perkembangan karakter Wendy.
Klimaks yang Nanggung
Puncaknya, ketika pertarungan sang superhero melawan musuhnya. Ketika seharusnya ada aksi pamungkas yang “megah”, Freaks: You’re One of Us malah menyediakan pertarungan yang domestik banget.
Saking domestiknya, jadi terkesan kayak pertengkaran rumah tangga aja gitu. Enggak terasa bahayanya, enggak terasa gregetnya, tiba-tiba selesai aja. DzikiMF sampai ulang lagi ke beberapa detik sebelumnya, kirain ada detail yang terlewat, tapi ternyata enggak. Memang secepat itu klimaksnya.
Jadi, ketika seharusnya masih ada 30 menit lagi minimal untuk “pertarungan besar” dan penyelesaian, Freaks: You’re One of Us malah menyelesaikan di detik itu juga, enggak pakai lama. Hasilnya, film ini jadi kelihatan terburu-buru menjelang akhirnya.
Konfliknya pun melenceng dari masalah orang-orang yang ditekan karena dianggap “aneh”, jadi masalah pribadi aja. Makanya, pertarungannya pun jadi domestik banget dan bikin down.
***
Freaks: You’re One of Us bisa jadi tontonan alternatif kalau kalian bosan sama film superhero yang begitu-begitu aja. Film ini memang masih menyimpan cukup banyak misteri yang belum terungkap, kayak asal kekuatan mereka dan kenapa bisa menurun ke keluarga. Apakah ada faktor genetik? Nah, kayaknya Netflix siap dengan sekuelnya, sih, karena ada after credit yang cukup menggelitik.
Makanya, biar enggak penasaran, langsung nonton aja Freaks: You’re One of Us di Netflix. Setelah nonton, boleh banget diskusi terkait film ini di kolom komentar, ya